Dunia.
Kini terbagi menjadi 5 macam benua. Afrika, Amerika, Asia, Australia, dan
Eropa. Terpisahkan oleh bentangan samudera, namun tetap dapat menyatu. Ya,
dengan teknologi. Siapa yang tak tahu teknologi dewasa ini? Teknologi yang
hebat. Teknologi yang mampu membuat segala yang dulu merupakan hal yang sama
sekali tabu menjadi nyata. Mulai dari nano, kloning, hingga nuklir.
Teknologi
telah menjadi ‘dewa’ di abad 21 ini. Manfaatnya berseliweran di seluruh penjuru
dunia. Namun efek buruknya, tak perlu ditanya. Kau bisa buka mata dan melihat
semua itu melintasi wajahmu. Atau, bila kau beruntung, mungkin kau hanya akan
mendengar desisan efek buruk tersebut. Satu hal yang harus kugaris bawahi di sini.
Itu bukanlah sepenuhnya kesalahan teknologi, melainkan terdapat andil bagi umat
manusia yang menyalahgunakannya.
Perlu
bukti? Bom nuklir, atau tak perlu yang secanggih itu, intinya adalah bom. OK, I will pretend to be an idiot here.
Apa sebenarnya tujuan dari penciptaan benda itu? Untuk perang? Lalu, apa maksud
dari adanya perang tersebut? Untuk menciptakan keseimbangan di dalam hidup ini
agar tidak terlalu aman, tenteram, dan damai? That’s totally nonsense. Baiklah. Mungkin kau – bahkan aku – tak
pernah merasakan perang itu seperti apa. Entah menegangkan, menyedihkan, atau
malah menyenangkan. But, in my eyes, it
is indeed a tragedy. Bahkan orang-orang yang hatinya tertutup oleh asap
kelabu yang tebal pun harus menyadari itu. Harus. Sadarlah, kawan. Perang adalah
fenomena pemusnahan kemanusiaan. Perang merupakan suatu noda yang menghitam dan
meluruhkan seluruh warna yang ada di sekelilingnya. Bayangkan saja, ketika kau
sedang asyik menonton TV bersama ayah dan ibumu di ruang keluarga, tiba-tiba
sebuah bom meledak di depan rumahmu. Atau bahkan tepat di depan matamu. Apa
yang akan kau rasakan?
Manusia
adalah makhluk yang amat manusiawi dan ingin dimanusiakan. Segala hak setiap
individu pasti menjadi tuntutan bagi semua pihak untuk dijunjung dan dijaga. Sedangkan
perang, rezim diktatator, bullying,
atau apapun pelanggaran hak manusia – yang dikenal dengan pelanggaran HAM atau
hak azasi manusia – benar-benar menyalahi aturan absolut tersebut dalam
kehidupan manusia. Kata-kata berikut ini mungkin ada baiknya untuk kau
benarkan. “Kalau kau ingin hidup dengan damai, buatlah orang lain juga hidup dengan
damai.” Mungkin itu mirip dengan, “jangan ganggu aku, maka aku tidak akan
mengganggumu.” Tapi kenyataannya adalah kedua kalimat tersebut berbeda. Yang
kumaksud dari kalimat yang pertama itu sama saja dengan, “penuhi hak azasi
orang lain, maka hak azasimu pun akan dipenuhi oleh mereka.” Tepatnya, bila
kita memberi kepada orang lain maka orang tersebut pada dasarnya pasti akan
memberimu kembali sebagai balasannya. Nah, ada satu konklusi yang dapat
kuberikan kepadamu, yaitu kalau kau melanggar hak azasi orang lain by doing whatever it is pastilah orang
tersebut akan turut melanggar hak azasimu. Bila itu terjadi, maka lenyaplah
sudah rasa kemanusiaan. Then, apakah
masih ada yang namanya manusia?
Though this post is just like a confusing
word cycle, I hope you’ll be able to take the message I put into it. Let’s keep
the peace around us. And let’s make a peaceful world, guys!
0 komentar:
Posting Komentar