THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 28 September 2012

Pieces of Peace


Dunia. Kini terbagi menjadi 5 macam benua. Afrika, Amerika, Asia, Australia, dan Eropa. Terpisahkan oleh bentangan samudera, namun tetap dapat menyatu. Ya, dengan teknologi. Siapa yang tak tahu teknologi dewasa ini? Teknologi yang hebat. Teknologi yang mampu membuat segala yang dulu merupakan hal yang sama sekali tabu menjadi nyata. Mulai dari nano, kloning, hingga nuklir.
         
Teknologi telah menjadi ‘dewa’ di abad 21 ini. Manfaatnya berseliweran di seluruh penjuru dunia. Namun efek buruknya, tak perlu ditanya. Kau bisa buka mata dan melihat semua itu melintasi wajahmu. Atau, bila kau beruntung, mungkin kau hanya akan mendengar desisan efek buruk tersebut. Satu hal yang harus kugaris bawahi di sini. Itu bukanlah sepenuhnya kesalahan teknologi, melainkan terdapat andil bagi umat manusia yang menyalahgunakannya.

Perlu bukti? Bom nuklir, atau tak perlu yang secanggih itu, intinya adalah bom. OK, I will pretend to be an idiot here. Apa sebenarnya tujuan dari penciptaan benda itu? Untuk perang? Lalu, apa maksud dari adanya perang tersebut? Untuk menciptakan keseimbangan di dalam hidup ini agar tidak terlalu aman, tenteram, dan damai? That’s totally nonsense. Baiklah. Mungkin kau – bahkan aku – tak pernah merasakan perang itu seperti apa. Entah menegangkan, menyedihkan, atau malah menyenangkan. But, in my eyes, it is indeed a tragedy. Bahkan orang-orang yang hatinya tertutup oleh asap kelabu yang tebal pun harus menyadari itu. Harus. Sadarlah, kawan. Perang adalah fenomena pemusnahan kemanusiaan. Perang merupakan suatu noda yang menghitam dan meluruhkan seluruh warna yang ada di sekelilingnya. Bayangkan saja, ketika kau sedang asyik menonton TV bersama ayah dan ibumu di ruang keluarga, tiba-tiba sebuah bom meledak di depan rumahmu. Atau bahkan tepat di depan matamu. Apa yang akan kau rasakan?

Manusia adalah makhluk yang amat manusiawi dan ingin dimanusiakan. Segala hak setiap individu pasti menjadi tuntutan bagi semua pihak untuk dijunjung dan dijaga. Sedangkan perang, rezim diktatator, bullying, atau apapun pelanggaran hak manusia – yang dikenal dengan pelanggaran HAM atau hak azasi manusia – benar-benar menyalahi aturan absolut tersebut dalam kehidupan manusia. Kata-kata berikut ini mungkin ada baiknya untuk kau benarkan. “Kalau kau ingin hidup dengan damai, buatlah orang lain juga hidup dengan damai.” Mungkin itu mirip dengan, “jangan ganggu aku, maka aku tidak akan mengganggumu.” Tapi kenyataannya adalah kedua kalimat tersebut berbeda. Yang kumaksud dari kalimat yang pertama itu sama saja dengan, “penuhi hak azasi orang lain, maka hak azasimu pun akan dipenuhi oleh mereka.” Tepatnya, bila kita memberi kepada orang lain maka orang tersebut pada dasarnya pasti akan memberimu kembali sebagai balasannya. Nah, ada satu konklusi yang dapat kuberikan kepadamu, yaitu kalau kau melanggar hak azasi orang lain by doing whatever it is pastilah orang tersebut akan turut melanggar hak azasimu. Bila itu terjadi, maka lenyaplah sudah rasa kemanusiaan. Then, apakah masih ada yang namanya manusia?
     
Though this post is just like a confusing word cycle, I hope you’ll be able to take the message I put into it. Let’s keep the peace around us. And let’s make a peaceful world, guys!